Wednesday, December 12, 2007

NU & Muhammadiyah Akur Idul Adha 20 Desember

NU & Muhammadiyah Akur Idul Adha 20 Desember
Kamis, 13 Desember 2007, 09:12:07 WIB

Jakarta, myRMnews. Pemerintah melalui sidang itsbat memutuskan, 1 Zulhijah 1428 Hijriah jatuh pada Selasa (11/12) dan Hari Raya Idul Adha 1428 Hijriah jatuh pada Kamis (20/12). Keputusan pemerintah itu sama dengan penetapan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan disetujui Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU). Satu-satunya organisasi massa (ormas) Islam peserta sidang itsbat yang berbeda dalam menetapkan Idul Adha adalah Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), yakni pada 19 Desember.

Sidang itsbat Rabu (12/12) kemarin berlangsung di lantai II gedung Depag. Sejumlah perwakilan ormas Islam dan lembaga pemerintahan terkait turut hadir pada acara tahunan tersebut. Mereka, antara lain, Umar Shihab (MUI), KH Ghazali Masroeri (NU), Ma’rifat Iman (Muhammadiyah), Syamsul Bahri (DDII), Hamim Azizi (Al-Washilah), Muhammad Iskandar (Syarikat Islam), Mudji Raharto (Bosscha), dan Thomas Djamaluddin (Lapan). Sidang itsbat dipimpin Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Nasaruddin Umar.

Hasil sidang itsbat dituangkan dalam SK Menag No 124 Tahun 2007 yang ditandatangani Sekjen Depag Bachrul Hayat yang mewakili Menag M. Maftuh Basyuni yang tidak hadir karena menjadi amirulhaj di Arab Saudi.

Dalam sidang itsbat, Ketua Badan Hisab dan Rukyat (BHR) Muchtar Ilyas membeberkan, penetapan Idul Adha pada 20 Desember didasarkan hasil rukyat pada Minggu (9/12) atau 29 Zulqaidah 1428 H yang dinyatakan tidak melihat hilal alias bulan baru. Ini melalui kesaksian sejumlah pejabat Kanwil Depag se-Indonesia pada 24 titik pemantauan. "Ketinggian hilal di sejumlah lokasi di Indonesia masih di bawah ufuk," kata Muchtar yang juga direktur Urusan Agama Islam Depag itu. Menurut dia, ketinggian hilal tersebut masih di bawah ufuk antara 5 derajat 30 menit sampai 3 derajat 30 menit.

Dirjen Nasaruddin menambahkan, sejumlah negara di Asia Tenggara -termasuk Malaysia dan Brunei- juga menetapkan Idul Adha pada 20 Desember. Namun, pemerintah Arab Saudi menetapkan Idul Adha lebih awal pada 19 Desember karena melaksanakan wukuf pada 18 Desember. "Meski berbeda dengan Arab Saudi, umat Islam di Indonesia harus tetap bersatu. Sesuai arahan Wapres, penyatuan umat harus diprioritaskan," kata Nasaruddin. Dia bersyukur, pada Idul Adha tahun ini, NU dan Muhammadiyah menyepakati tanggal yang sama. Dewan Pengadilan Tertinggi Arab Saudi pada Selasa (11/12) menetapkan pelaksanaan puncak ibadah haji di Arafah atau hari wukuf pada 18 Desember 2007, sedangkan Idul Adha di Arab Saudi jatuh pada 19 Desember 2007.

Di tempat sama, Ketua Lajnah Falakiyah PB NU KH Ghazali Masroeri mengatakan, putusan sidang itsbat sepatutnya dapat diterima meski berbeda dengan putusan Arab Saudi.

Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ma’rifat Iman menegaskan, persamaan Idul Adha antara Muhammadiyah, NU, dan pemerintah harus disyukuri. "Soal adanya perbedaan dengan Arab Saudi, saya kira kita tidak harus selalu sama," jelas Ma’rifat.

Sedangkan perwakilan DDII Syamsul Bahri mengatakan, DDII tidak sependapat dengan hasil sidang itsbat yang menetapkan Idul Adha 20 Desember. Sebab, penetapannya harus mengikuti pelaksanaan wukuf di Arafah yang jatuh pada 18 Desember. "Kalau wukufnya tanggal 18, maka Idul Adhanya sesudah itu, yakni pada 19 Desember. Kami (DDII) mengikuti penetapan Arab Saudi," jelas Syamsul. Dia menambahkan, wukuf di Arafah merupakan patokan bersifat internasional sehingga umat di negara mana pun seharusnya mengikuti. jpnn


Media Indonesia Dongeng Panggung Kehidupan Jakarta

No comments: