Wednesday, September 12, 2007

Tragedi 11/9, Alat Barat Menindas Muslim

Tragedi 11/9, Alat Barat Menindas Muslim



Kemarin, 11 September, masyarakat dunia disuguhi kembali acara peringatan mengenang kejadian 11 September 2001. Sekali lagi, umat Islam pun akan diminta agar menindak kelompok fanatik dan militan yang dituduh bertanggungjawab atas tragedi di Amerika Serikat tersebut.

Sebagai permulaan, kita membaca laporan yang menyatakan bahwa pemimpin Alqaeda, Osama bin Laden, akan menyampaikan pesan baru mengenai peristiwa tersebut kepada anggota dan pendukungnya di seluruh dunia. Kantor Berita Agence France Presse (AFP), menampilkan topik Bin Laden to Taunt US Again in Video Marking 9/11 (Bin Laden Sekali Lagi Mengejek Amerika Serikat Menggunakan Rekaman Video Mengenai Tragedi 11/9).

Inti laporan AFP berbunyi: Osama bin Laden merencanakan akan muncul kembali untuk sekali lagi mengejek Amerika ketika memperingati ulang tahun ke-6 serangan 11 September.

Rekaman video lelaki yang paling dicari di dunia, itu awalnya diumumkan pada Kamis pekan lalu oleh layanan berita Amerika yang memantau website militan, sebagai kemunculan pertama separatis Arab Saudi tersebut sejak Oktober 2004 ketika dia mengancam serangan baru ke Amerika beberapa hari sebelum pemilu Amerika.

Tiga pesan menyudutkan
Pesan pertama dari fenomena itu adalah, Barat harus berhati-hati karena Osama masih hidup dan merencanakan teror baru. Jika dilihat perkembangan terkini di dunia internasional, suara Osama dan orang sepertinya terlalu 'kecil' jika dibandingkan dengan tindak tanduk Amerika sendiri serta sekutu terdekatnya, Israel, dan pihak yang mendukung ideologi neo-konservatif. Sedangkan Umat Islam dihujani dengan hujatan yang diulang berkali-kali sejak tragedi 11 September, yaitu sebagai militan, sparatis, islamis, dan jihadis yang melibatkan berbagai individu dan pergerakan Islam.

Siapa yang memanipulasi siapa sebenarnya? Sejak beberapa hari lalu, pembaca dan penonton televisi disuguhkan tentang laporan keberhasilan Jerman menggagalkan serangan terhadap kepentingan Amerika. Baca saja laporan Associated Press (AP) mengenainya.

''Fritz dan Daniel: dua dari tiga tersangka militan Islam yang ditangkap atas tuduhan berkomplot untuk mengebom sasaran Amerika adalah warga asal Jerman. Mereka adalah di antara beberapa orang Barat yang memeluk Islam dan dieksploitasi sebagai perancang teror karena mereka adalah orang lokal dan mau melakukan kekerasan,'' kata pakar Muslim dan non-Muslim. Para tersangka itu tetap melanjutkan rencana walaupun mereka sadar bahwa mereka diperhatikan. ''Ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar fanatik dan sungguh-sungguh dalam mencapai tujuan mereka,'' kata Ketua Agensi Kejahatan Persekutuan, Joerg Ziercke.

Pesan kedua: Negara Barat memantau warganya yang memeluk Islam karena meyakini bahwa mereka bersedia melakukan kekerasan karena pengaruh pengikut agama baru itu. Sementara di Denmark dan Swedia, isu kartun atau karikatur nabi kembali memanas.

AP menggunakan topik Experts Say Denmark Emerging Target for Islamic Terror (Pakar Bengatakan Denmark Makin Jadi Sasaran Teror Islam). AP juga melaporkan penangkapan delapan orang militan Islam yang ada hubungan dengan pemimpin utama Alqaeda dan sedang membuat bahan letupan untuk melakukan serangan.

Selain itu, kata AP, empat orang lelaki disidangkan Rabu lalu dengan tuduhan merencanakan teror di Denmark atau negara luar. Mereka ditahan setahun lalu di kota Odense setelah inteligen Denmark melakukan pengintaian. Semua tertuduh mengaku tidak bersalah.

''Meskipun polisi tidak memiliki bukti bahwa kasus itu terkait dengan kartun Nabi, pakar tidak terkejut bahwa kelompok terorisme semakin tumbuh di Denmark. Sejak dua tahun lalu, ada peningkatan retorik terhadap Denmark. Video protes anti-Denmark masih banyak di website Islam,'' ujar Evan Kohlmann, analis dari globalterroralert.com yang berkantor pusat di Amerika.

Di Swedia, AP membuat laporan memuji Perdana Menteri Swedia, karena mengundang duta Islam untuk membicarakan gambar Nabi oleh artis Lars Vilks yang melukis kepala Rasul di badan anjing. Dari 20 undangan, 15 duta berkenan menghadiri pembicaraan mengenai lukisan yang disiarkan oleh media Nerikes Allehanda pada 19 Agustus lalu itu.

Mengutip banyak pengamat, AP melaporkan, Perdana Menteri Denmark, Anders Fogh Rasmussen, memperburuk isu karikatur Nabi karena enggan berunding dengan duta Muslim. Tetapi Fredrik dilaporkan mencoba mendapatkan kerjasama dari kelompok Muslim di Swedia dan negara luar untuk menghindari kontroversi seperti di Denmark.

''Reinfeldt marah karena orang Islam marah atas kartun tersebut dan menjelaskan bahwa politik tidak boleh menghakimi media bebas di Swedia,'' kata AP.

Pesan ketiga bagi umat Islam: Jangan mempermasalahkan kebebasan media dan pendirian pemimpin negara Barat sekalipun mereka menghina Islam.

Menjelang Ramadan, serangan demi serangan secara psikologis dan terang-terangan untuk merubah pemikiran umat Islam mengenai hak mereka tentunya akan dilanjutkan.
( azman abdul hamid )

No comments: