Wednesday, September 12, 2007

TV Al Jazeera Soroti Rawan Pangan di NTT

TV Al Jazeera Soroti Rawan Pangan di NTT

Kupang -RoL-- Televisi berita, Al Jazeera International, yang berkantor pusat di Doha, tengah menyoroti permasalahan rawan pangan yang mencuat di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).

Produser TV Al Jazeera di Indonesia, Syarina Hasibuan beserta reporter dan kameramennya, memulai aktivitasnya di wilayah NTT, setelah menemui Gubernur NTT, Piet Alexander Tallo yang didampingi pimpinan dinas/intansi terkait, di Kupang, Rabu.

Kabag Pengumpulan dan Penyaringan Informasi, Biro Humas Setda NTT, Ubaldus Gogi, yang mendampingi Gubernur NTT saat diwawancarai TV Al Jazeera, mengatakan, jaringan kantor berita berbahasa Inggris itu tertarik dengan kasus rawan pangan yang sering melanda NTT dalam beberapa tahun terakhir ini. Hasil liputan itu akan menjadi referensi pembanding terkait peristiwa serupa (kelaparan) di Timur Tengah, yang akan disaji dalam bahasa Inggris.

"Menurut Syarina Hasibuan, liputan itu juga dimaksudkan untuk menyeimbangkan informasi yang berasal dari bagian barat, selatan dan utara dunia," ujar Gogi mengutip penjelasan Produser TV Al Jazzera di Indonesia yang disampaikan kepada Gubernur NTT.

Gogi menambahkan, kru TV Al Jazeera itu menggali informasi tentang seberapa serius masalah rawan pangan di wilayah NTT, kondisi kekurangan pangan yang dialami masyarakat akibat kekeringan tanaman dan tindakan pemerintah dalam penanganan masalah tersebut.

Dalam wawancara dengan TV Al Jazzera, Gubernur NTT menyampaikan sebanyak 106.614 kepala keluarga (KK) yang tersebar di 530 desa pada 16 kabupaten di NTT, teridentifikasi sebagai penduduk yang memiliki risiko tinggi menghadapi rawan pangan. Kondisi ini terjadi sebagai akibat dari gagal panen dan gagal tanam, kemarau panjang, tanah longsor dan serangan hama belalang terhadap tanaman milik para petani di Belu, Timor Tengah Utara (TTU) dan Timor Tengah Selatan (TTS). antara/
Juga erat kaitannya dengan curah hujan yang minim, hanya tiga bulan dalam setahun sehingga selalu berdampak pada ancaman rawan pangan. Namun, berdasarkan prognosa ketersediaan pangan dan kebutuhan masyarakat, secara umum stok pangan di NTT masih cukup aman untuk dua hingga tiga bulan ke depan. antara/mim

No comments: