Sunday, September 2, 2007

Hati-hati Mengonsumsi Beras !

Hati-hati Mengonsumsi Beras!
Dari 34 Penggilingan, 28 Gunakan Klorin Pemutih

BANDUNG, (PR).-
Masyarakat Jawa Barat diimbau untuk berhati-hati memilih dan mengonsumsi beras yang beredar di pasaran. Berdasarkan survei yang dilakukan Dinas Pertanian Jabar, 28 penggilingan padi dari 34 penggilingan di Jabar yang menjadi sampel, menggunakan klorin untuk memutihkan beras.

Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pertanian Jabar, Asep Abdi usai menghadiri Penganugerahan Doktor Honoris Causa bidang pertanian kepada Gubernur BI, Burhanuddin Abdullah, Sabtu (1/9) di Aula Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. "Dari 34 penggilingan padi yang disurvei, 28 terbukti menggunakan klorin," kata Asep.

Dikatakan Asep, pemberian klorin pada beras ini merupakan respons pihak penggilingan terhadap keinginan pasar. "Mas-yarakat kan inginnya beras yang putih mengkilap. Padahal, belum tentu warna putih itu putih alami. Masyarakat banyak yang tertipu dengan penampilan putihnya," ujarnya. Karena itu pula, hingga saat ini tidak banyak masyarakat yang menyadari bahwa mengonsumsi beras dengan tambahan bahan kimia bisa membahayakan tubuh.

Survei yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Jabar ini, kata Asep, berdasarkan laporan masyarakat tentang beras putih yang diindikasikan menggunakan klorin. Survei dilakukan Juli-Agustus lalu. Sampelnya diambil dari sejumlah penggilingan di Jabar. Untuk mengetes kandungan bahan kimianya, Dinas Pertanian Jabar memanfaatkan laboratorium kimia agro. "Tidak hanya beras yang diteliti, sayuran dan bahan olahan pun ikut diteliti," kata Asep.

Meski demikian, pihaknya belum akan memberikan sanksi ke penggilingan yang menggunakan klorin. Sementara, kata Asep, mereka masih dianggap belum tahu jika pemberian klorin merupakan tindakan berbahaya. Selain itu, selama ini memang sosialisasi penggunaan klorin belum optimal. "Tapi, kalau sudah ada sosialisasi masih juga menggunakan klorin untuk memutihkan beras, sanksi kepada tempat penggilingan akan diberikan," tuturnya.

Diakui Asep, penggunaan klorin telah dilakukan beberapa tahun lalu. Tindakan yang akan diambil jika masih terjadi pelanggaran seusai sosialisasi akan didasarkan pada undang-undang pangan dan konsumen. Saat ini, pihaknya telah mencanangkan penghentian penggunaan klorin di Karawang. Memang, diakui Asep langkah ini akan mengurangi omzet bagi sejumlah penggilingan. Sebab, secara otomatis penghasilan mereka akan berkurang.

Dikatakan Asep, untuk bisa menghasilkan beras putih yang bagus, produsen bisa menggunakan teknologi pangan. Misalnya, setelah panen, padi cepat dikeringkan dan dengan mengurangi zat N sebelum digiling sehingga memberi warna jernih asli alami, sehat, dan tidak kuning. "Menghasilkan beras yang bagus tidak perlu pakai pemutih. Kalau zatnya seimbang dan beras cepat dikeringkan maka beras bisa putih," katanya.

Meski tidak akan dirasakan seketika, bahan klorin cukup berbahaya jika dikonsumsi jangka panjang. "Bahayanya bersifat akumulatif," kata Asep. Efeknya, katanya, akan terasa setelah sekitar 20 tahun. Salah satunya mengakibatkan tergerusnya usus. Untuk itu, masyarakat harus bisa membedakan beras yang mengandung klorin dan yang aman. Caranya dengan melihat warna putih tidak mengkilap dan jernih. "Kalau diraba, beras yang aman tidak licin. Dicuci pun, airnya akan jernih tidak keruh seperti air sabun," kata Asep. (A-155)***

No comments: