Sunday, September 9, 2007

Serangan Marinir Amerika di Balaraja

Serangan Marinir Amerika di Balaraja

Seorang Tentara Marinir AS di Fallujah, Baghdad (Yahoo! News/AFP/Mehdi Fedouach)Dengan kawalan sedikitnya 75 "anak buah", mungkin Sersan Marinir Josh Straub merasa dirinya sedang memimpin tiga peleton prajurit alias satu kompi. Dus, dia seperti berpangkat kapten. Boleh jadi, ia juga membayangkan dirinya tengah berada di Baghdad, Kabul, atau Mogadishu (Somalia) dalam rangka operasi perebutan sebuah pos strategis.

Karena yakin unggul dalam hal kekuatan personel, bintara dari korps Marinir Amerika Serikat itu tidak perlu merancang operasi yang senyap. Yang penting ada unsur pendadakan, untuk membuat lawan tidak sempat melakukan perlawanan atau memanggil bala bantuan. Maka, ketika sasaran sudah di depan mata, yakni pabrik garmen PT Natural Selaras II di Kawasan Olex Industrial Plant, Balaraja, Tangerang, serangan terbuka dilakukan Senin dini hari pekan lalu.

Sambil berteriak-teriak, massa sebanyak tiga peleton itu --semuanya orang kita-- segera menyerbu ke dalam pabrik pembuat baju renang itu, setelah gembok pintu gerbang putus digunting. Sersan Josh Straub dan ketiga teman kulit putihnya, Scott Saura, Michael J. Keenely, dan Bouzan Timothy, memberi komando, meski tak jelas dipahami atau tidak oleh para "milisi" itu.

Yang pasti, "kompi" Josh Straub itu dengan cepat menguasai lingkungan pabrik. Sembilan buruh yang menjaga pabrik awalnya mencoba menghadang. Namun, karena sadar kekuatan tak seimbang, mereka lari tunggang langgang. Nahas, seorang di antara mereka, Emen, tak cepat bergerak. Ia babak belur menjadi bulan-bulanan pasukan Josh Straub. Mereka kemudian memasuki ruangan pabrik setelah menjebol pintu-pintu dengan linggis.

Rupanya operasi itu bertujuan membongkar dan mengangkut paksa aset pabrik, berupa puluhan mesin jahit serta baju-baju renang yang sudah dipak dan siap diekspor. Aksi mereka terhenti ketika polisi datang. Ternyata buruh yang kabur melaporkan penyerangan itu. Para penyerang, termasuk Josh Straub, tidak berkutik. Pada saat itu pula, "kompi" Straub digelandang ramai-ramai ke Polres Tangerang.

Keempat orang kulit putih itu, semuanya warga negara Amerika, ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Pemuda, Tangerang. "Dalam pekan ini, berkasnya kami limpahkan ke kejaksaan," kata Ajun Komisaris Polisi (AKP) Ade Ary Syam Indradi, Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Tangerang. Straub dan ketiga rekannya telah pula dinyatakan sebagai tersangka dalam kasus penganiayaan, perusakan, dan perbuatan tidak menyenangkan. "Ancamannya sampai lima tahun penjara," kata Ade Ary pula.

Di antara empat orang kulit putih itu, Scott Saura telah dikenal oleh para pekerja PT Natural Selaras. "Kami kenalnya Scott karena dia sering berada di perusahaan ini," kata Eko Budiarto, Ketua Serikat Buruh PT Natural. Menurut Eko, Scott adalah kepanjangan tangan Manhattan Beachwear, perusahaan pakaian renang di Los Angeles, Amerika. Manhattan adalah mitra Natural Selaras. "Scott diserahi tugas mengambil paksa aset pabrik," kata Eko pula. Kekacauan itu adalah babak lanjutan tutupnya pabrik garmen itu sejak Mei, setelah sebelumnya usahanya dibelit sejumlah masalah.

Salah satu kasus yang menimpa Natural adalah ketika petugas Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta menggagalkan penyelundupan 11 kontainer berisi bahan baku tekstil, Mei silam. Setelah diusut, ternyata tekstil senilai Rp 7 milyar itu akan diselundupkan ke pabrik produsen bahan pelapis pakaian. Bahan baku itu dikeluarkan atas ama PT Natural.

Akibat kasus itu, sejak Mei, Natural berhenti berproduksi. Tentu ini membuat Manhattan, mitranya, kelabakan. Manhattan berusaha mengambil kembali mesin jahitnya dan beberapa pakaian renang yang sudah jadi. "Untuk menyelamatkan aset agar tidak disita, mereka menyuruh beberapa warga Amerika mengambilnya langsung ke pabrik," kata sumber Gatra di Mapolres Tangerang.

Scott mendapat tugas itu. Untuk memuluskan pengambilalihan aset, ia mengajak tiga rekannya. Merasa kurang kuat, mereka juga mengupah sejumlah pemuda, sebagian di antaranya dikenal sebagai preman kampung, untuk melancarkan aksi jarah itu. "Scott pernah mengerahkan penyerbuan di pabrik lain milik PT Natural Selaras," Eko menjelaskan. Para penyerbu itu dibayar Rp 25.000 per orang per operasi.

Rupanya, bagi Scott, pengambilan paksa aset pabrik adalah target yang harus dicapai. Maka, terjadilah serangan di pagi buta itu. Massa upahan merangsek masuk dengan memotong gembok pagar, memecahkan jendela, merusak peralatan pabrik, dan menjarah isinya. "Seperti kerusuhan saja. Kami kewalahan. Mereka mengancam membakar pabrik," kata Emen, korban penganiayaan.

Setelah puas merusak peralatan pabrik, mereka juga menjarah 66 mesin jahit dan beberapa pakaian renang yang tersimpan di dalam dus. "Katanya, itu milik perusahaan warga Amerika itu. Jadi, kami disuruh ambil bawa ke luar pabrik," kata seorang warga yang ikut menyerbu ketika diperiksa polisi.

Aksi massa dapat dikuasai polisi setelah Suraji, seorang penjaga yang kabur, melapor ke Polres. Massa ditangkapi satu per satu, digiring ke Mapolres. Polres Tangerang juga menetapkan warga penyerang sebagai tersangka. Satu per satu mereka ditanyai secara maraton ihwal keterlibatannya.

Ketika giliran Josh Straub diperiksa, pengakuannya menyentak pihak kepolisian. Straub mengaku bahwa dirinya anggota kesatuan Marinir Amerika berpangkat sersan. Kepada polisi, Straub mengaku diajak Scott ikut menyerang pabrik. "Pengakuan Josh Straub dari kesatuan Angkatan Laut Amerika Serikat," kata AKP Ade Ary.

Mendapat tangkapan mengejutkan, polisi menghubungi Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika. Juru bicara Kedubes Amerika, Susan Stahl, mengakui bahwa keempat orang itu warga Amerika. Josh Straub adalah pekerja temporer di kedutaan. Dia datang ke Jakarta sejak Juni lalu. Anggota Marinir itu bekerja sebagai petugas keamanan Kedubes Amerika di Jakarta.

Tidak hanya mengamankan kedutaan, rupanya Straub juga menerima order lain. Dia mendapat pesanan dari Scott untuk membantu menyita barang yang dikuasai Natural. Belum diketahui motif lain dalam penyerbuan itu.

Guna memperjelas kasus penjarahan itu, polisi akan memanggil Elizabeth Nurwahyuni, pemilik perusahaan, untuk diperiksa. "Kami masih mencari pemilik perusahaan agar mau menjelaskan masalahnya," kata Ade Ary. Namun, terlepas dari kasus sengketa bisnis, polisi tetap mengusut perkara penyerangan itu. Apalagi, satu warga negara Indonesia jadi korban penganiayaan. Dan penyerangan ini bukan yang pertama.

Sebelumnya, pada Juli lalu, 600 orang menyatroni pabrik Natural. Tapi penyerangan ini dapat digagalkan kepolisian setempat. Beberapa hari kemudian, tepatnya 31 Juli silam, PT Natural Selaras I yang lokasi pabriknya di Kawasan Industri Cikupa, Tangerang, dibakar tujuh orang tak dikenal, sekitar pukul 03.00.

Tidak jelas siapa penyulut si jago merah itu. Mereka memakai penutup kepala ala ninja. "Mereka masuk dengan melompat pintu," kata Kholid, koordinator keamanan Natural. Sebelum membakar, mereka menyandera sembilan karyawan dengan todongan senjata api. "Kami hanya pasrah ketika itu," tutur Kholid, yang juga jadi korban penodongan itu.

Kebakaran itu menghanguskan pabrik. Kerugiannya mencapai Rp 25 milyar. Selain membakar pabrik, kawanan "ninja" begundal itu juga menggondol dompet dan telepon genggam milik karyawan. Kasus ini sempat ditangani Polres Tangerang. "Kami masih menyelidiki lebih dalam apakah kasus pembakaran sebelumnya terkait dengan kejadian penyerangan," kata Ade Ary. Jangan-jangan, Josh Straub sempat jadi ninja pula.Serangan Marinir Amerika di Balaraja

Seorang Tentara Marinir AS di Fallujah, Baghdad (Yahoo! News/AFP/Mehdi Fedouach)Dengan kawalan sedikitnya 75 "anak buah", mungkin Sersan Marinir Josh Straub merasa dirinya sedang memimpin tiga peleton prajurit alias satu kompi. Dus, dia seperti berpangkat kapten. Boleh jadi, ia juga membayangkan dirinya tengah berada di Baghdad, Kabul, atau Mogadishu (Somalia) dalam rangka operasi perebutan sebuah pos strategis.

Karena yakin unggul dalam hal kekuatan personel, bintara dari korps Marinir Amerika Serikat itu tidak perlu merancang operasi yang senyap. Yang penting ada unsur pendadakan, untuk membuat lawan tidak sempat melakukan perlawanan atau memanggil bala bantuan. Maka, ketika sasaran sudah di depan mata, yakni pabrik garmen PT Natural Selaras II di Kawasan Olex Industrial Plant, Balaraja, Tangerang, serangan terbuka dilakukan Senin dini hari pekan lalu.

Sambil berteriak-teriak, massa sebanyak tiga peleton itu --semuanya orang kita-- segera menyerbu ke dalam pabrik pembuat baju renang itu, setelah gembok pintu gerbang putus digunting. Sersan Josh Straub dan ketiga teman kulit putihnya, Scott Saura, Michael J. Keenely, dan Bouzan Timothy, memberi komando, meski tak jelas dipahami atau tidak oleh para "milisi" itu.

Yang pasti, "kompi" Josh Straub itu dengan cepat menguasai lingkungan pabrik. Sembilan buruh yang menjaga pabrik awalnya mencoba menghadang. Namun, karena sadar kekuatan tak seimbang, mereka lari tunggang langgang. Nahas, seorang di antara mereka, Emen, tak cepat bergerak. Ia babak belur menjadi bulan-bulanan pasukan Josh Straub. Mereka kemudian memasuki ruangan pabrik setelah menjebol pintu-pintu dengan linggis.

Rupanya operasi itu bertujuan membongkar dan mengangkut paksa aset pabrik, berupa puluhan mesin jahit serta baju-baju renang yang sudah dipak dan siap diekspor. Aksi mereka terhenti ketika polisi datang. Ternyata buruh yang kabur melaporkan penyerangan itu. Para penyerang, termasuk Josh Straub, tidak berkutik. Pada saat itu pula, "kompi" Straub digelandang ramai-ramai ke Polres Tangerang.

Keempat orang kulit putih itu, semuanya warga negara Amerika, ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Pemuda, Tangerang. "Dalam pekan ini, berkasnya kami limpahkan ke kejaksaan," kata Ajun Komisaris Polisi (AKP) Ade Ary Syam Indradi, Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Tangerang. Straub dan ketiga rekannya telah pula dinyatakan sebagai tersangka dalam kasus penganiayaan, perusakan, dan perbuatan tidak menyenangkan. "Ancamannya sampai lima tahun penjara," kata Ade Ary pula.

Di antara empat orang kulit putih itu, Scott Saura telah dikenal oleh para pekerja PT Natural Selaras. "Kami kenalnya Scott karena dia sering berada di perusahaan ini," kata Eko Budiarto, Ketua Serikat Buruh PT Natural. Menurut Eko, Scott adalah kepanjangan tangan Manhattan Beachwear, perusahaan pakaian renang di Los Angeles, Amerika. Manhattan adalah mitra Natural Selaras. "Scott diserahi tugas mengambil paksa aset pabrik," kata Eko pula. Kekacauan itu adalah babak lanjutan tutupnya pabrik garmen itu sejak Mei, setelah sebelumnya usahanya dibelit sejumlah masalah.

Salah satu kasus yang menimpa Natural adalah ketika petugas Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta menggagalkan penyelundupan 11 kontainer berisi bahan baku tekstil, Mei silam. Setelah diusut, ternyata tekstil senilai Rp 7 milyar itu akan diselundupkan ke pabrik produsen bahan pelapis pakaian. Bahan baku itu dikeluarkan atas ama PT Natural.

Akibat kasus itu, sejak Mei, Natural berhenti berproduksi. Tentu ini membuat Manhattan, mitranya, kelabakan. Manhattan berusaha mengambil kembali mesin jahitnya dan beberapa pakaian renang yang sudah jadi. "Untuk menyelamatkan aset agar tidak disita, mereka menyuruh beberapa warga Amerika mengambilnya langsung ke pabrik," kata sumber Gatra di Mapolres Tangerang.

Scott mendapat tugas itu. Untuk memuluskan pengambilalihan aset, ia mengajak tiga rekannya. Merasa kurang kuat, mereka juga mengupah sejumlah pemuda, sebagian di antaranya dikenal sebagai preman kampung, untuk melancarkan aksi jarah itu. "Scott pernah mengerahkan penyerbuan di pabrik lain milik PT Natural Selaras," Eko menjelaskan. Para penyerbu itu dibayar Rp 25.000 per orang per operasi.

Rupanya, bagi Scott, pengambilan paksa aset pabrik adalah target yang harus dicapai. Maka, terjadilah serangan di pagi buta itu. Massa upahan merangsek masuk dengan memotong gembok pagar, memecahkan jendela, merusak peralatan pabrik, dan menjarah isinya. "Seperti kerusuhan saja. Kami kewalahan. Mereka mengancam membakar pabrik," kata Emen, korban penganiayaan.

Setelah puas merusak peralatan pabrik, mereka juga menjarah 66 mesin jahit dan beberapa pakaian renang yang tersimpan di dalam dus. "Katanya, itu milik perusahaan warga Amerika itu. Jadi, kami disuruh ambil bawa ke luar pabrik," kata seorang warga yang ikut menyerbu ketika diperiksa polisi.

Aksi massa dapat dikuasai polisi setelah Suraji, seorang penjaga yang kabur, melapor ke Polres. Massa ditangkapi satu per satu, digiring ke Mapolres. Polres Tangerang juga menetapkan warga penyerang sebagai tersangka. Satu per satu mereka ditanyai secara maraton ihwal keterlibatannya.

Ketika giliran Josh Straub diperiksa, pengakuannya menyentak pihak kepolisian. Straub mengaku bahwa dirinya anggota kesatuan Marinir Amerika berpangkat sersan. Kepada polisi, Straub mengaku diajak Scott ikut menyerang pabrik. "Pengakuan Josh Straub dari kesatuan Angkatan Laut Amerika Serikat," kata AKP Ade Ary.

Mendapat tangkapan mengejutkan, polisi menghubungi Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika. Juru bicara Kedubes Amerika, Susan Stahl, mengakui bahwa keempat orang itu warga Amerika. Josh Straub adalah pekerja temporer di kedutaan. Dia datang ke Jakarta sejak Juni lalu. Anggota Marinir itu bekerja sebagai petugas keamanan Kedubes Amerika di Jakarta.

Tidak hanya mengamankan kedutaan, rupanya Straub juga menerima order lain. Dia mendapat pesanan dari Scott untuk membantu menyita barang yang dikuasai Natural. Belum diketahui motif lain dalam penyerbuan itu.

Guna memperjelas kasus penjarahan itu, polisi akan memanggil Elizabeth Nurwahyuni, pemilik perusahaan, untuk diperiksa. "Kami masih mencari pemilik perusahaan agar mau menjelaskan masalahnya," kata Ade Ary. Namun, terlepas dari kasus sengketa bisnis, polisi tetap mengusut perkara penyerangan itu. Apalagi, satu warga negara Indonesia jadi korban penganiayaan. Dan penyerangan ini bukan yang pertama.

Sebelumnya, pada Juli lalu, 600 orang menyatroni pabrik Natural. Tapi penyerangan ini dapat digagalkan kepolisian setempat. Beberapa hari kemudian, tepatnya 31 Juli silam, PT Natural Selaras I yang lokasi pabriknya di Kawasan Industri Cikupa, Tangerang, dibakar tujuh orang tak dikenal, sekitar pukul 03.00.

Tidak jelas siapa penyulut si jago merah itu. Mereka memakai penutup kepala ala ninja. "Mereka masuk dengan melompat pintu," kata Kholid, koordinator keamanan Natural. Sebelum membakar, mereka menyandera sembilan karyawan dengan todongan senjata api. "Kami hanya pasrah ketika itu," tutur Kholid, yang juga jadi korban penodongan itu.

Kebakaran itu menghanguskan pabrik. Kerugiannya mencapai Rp 25 milyar. Selain membakar pabrik, kawanan "ninja" begundal itu juga menggondol dompet dan telepon genggam milik karyawan. Kasus ini sempat ditangani Polres Tangerang. "Kami masih menyelidiki lebih dalam apakah kasus pembakaran sebelumnya terkait dengan kejadian penyerangan," kata Ade Ary. Jangan-jangan, Josh Straub sempat jadi ninja pula.