Saturday, August 11, 2007

Yunus, Peraih Nobel yang Sukses Membalik Teori Ekonomi

Teori ekonomi tak selalu manjur. Jika dibalik, teori ekonomi itu terkadang lebih mujarab. Tengoklah kisah peraih Nobel Perdamaian Profesor Muhammad Yunus yang justru meraih sukses setelah membalikkan teori ekonomi.

Misalnya saja, dalam teori ekonomi, bank biasanya 'mengajurkan' untuk menjauhi debitor perempuan. Namun Yunus memilih membalikkan teori itu dan justru merangkul kaum perempuan. Mereka diberi kredit murah, tanpa jaminan.

"Dia (Yunus) itu selalu membalik teori ekonomi yang ada. Misalnya, kalau bank anti perempuan, namun Yunus malah melibatkan perempuan," ujar pengamat ekonomi UGM Mudrajad Kuncoro.

Hal itu disampaikan Mudrajad usai mengikuti kuliah umum oleh Prof Yunus di di Balai Senat, Yogyakarta, Sabtu (11/8/2007).

Contoh lainnya, bank akan meminta bukti surat menyurat untuk sebuah kredit. Namun Yunus justru memberikan kredit secara paperless.

Kredit bank juga memerlukan jaminan riil. Namun tidak dengan Grameen Bank yang dirintis Yunus. Para peminta kredit di Grameen Bank tak perlu memberikan jaminan. Jaminannya hanyalah kepercayaan.

"Jadi semua teori ekonomi dibalik oleh Prof Yunus," tegas Mudrajad.

Apa sebenarnya yang melatarbelakangi Yunus memutarbalikkan sejumlah teori ekonomi itu?

Pastinya, Yunus hanya mengaku bahwa dirinya bisa bahagia bila bisa membantu orang lain terutama rakyat Bangladesh untuk keluar dari kemiskinan. Caranya adalah dengan lebih banyak melibatkan kaum perempuan mengelola Grameen Bank.

"Saya paling berbahagia karena bisa membantu orang lain dengan cara kerja seperti itu. Meski itu tidak saya kerjakan sendirian, tapi oleh rekan-rekan saya juga dan ada banyak mahasiswa saya yang terlibat. Bahkan ada banyak mahasiswa yang ikut bekerja setelah 3 tahun namun hanya menerima gaji sekali, meski tidak banyak jumlahnya. Dan mereka juga mau bekerja dengan saya," urainya.

Dekan FE UGM DR Ainun Naim dalam kesempatan kuliah itu bertanya, siapa yang memberi jaminan utang itu akan kembali dan bagaimana caranya?

"Caranya ya diajak bicara. Sebab orang pinjam uang itu karena ada masalah, sehingga jangan ditambah masalah lagi. Kalau dengan sistem yang dibuat bank, pasti akan timbul masalah. Jadi kalau saya menyelesaikannya kita ajak bicara," ujar Yunus dengan bijak.

Tak hanya diberi kredit, kaum ibu pun juga diberi semacam pendampingan oleh sebuah Dewan yang beranggotakan pula kaum perempuan. Dewan itu akan memberikan semacam saran kepada seseorang yang akan menggunakan dananya untuk berinvestasi.

Semudah itukah mempraktekkannnya di Indonesia? Mudrajad tak yakin.

"Kalau di Indonesia, ini memang agak susah karena kenyataannya tidak ada bank yang secara riil prokemiskinan atau pro UKM. Itu tidak ada. Yang ada adalah bank yang melayani yang besar saja, yang kecil tidak," kritiknya.

Well, tak ada salahnya mencoba resep prof. Yunus kan?

No comments: