Saturday, June 21, 2008

Kisah Banyugeni yang Mengharu-Biru

Kisah Banyugeni yang Mengharu-Biru

Kisah banyugeni belum juga tutup buku. Bahkan, seperti sinetron yang sedang laris dan terpaksa kejar tayang, episode-episode barunya yang dramatis, terus bermunculan. Joko Suprapto, orang yang mengklaim menemukan teknologi revolusioner itu, mendemonstrasikan Jodhipati, pembangkit listrik banyugeni alias blue energy.

Demonstrasi itu dilakukan Joko Suprapto setelah UMY melaporkan Joko telah melakukan penipuan dengan proyeknya itu ke Polda DI Yogyakarta. Laporan dibuat setelah pihak UMY tak melihat niat baik Joko Suprapto untuk mengembalikan uang Rp 1,5 miliar yang telah dikeluarkan UMY untuk mendanai proyek--yang setelah ditelaah--ternyata 'aspal'.

UMY berhasil mengungkap upaya penipuan berkedok inovasi teknologi itu setelah PT Mentari Prima Karsa (MPK) selaku badan usaha milik UMY dan Senat UMY melakukan telaah teknis dan akademis. Bukti selanjutnya diperoleh dengan membongkar salah satu alat kelengkapan banyugeni, yaitu pembangkit listrik mandiri 'Jodhipati'.

Pembangkit listrik yang diklaim mampu menghasilkan daya tiga megawatt itu ternyata hanya berupa kotak berukuran tinggi 60 cm x lebar 60 cm x panjang 90 cm. Di dalam kotak yang terbuat dari pelat border setebal satu milimeter tersebut terdapat dua 'variac' (stabilizer), welding cable (kabel las), isolasi putih, dan tulangan besi galvanis 6 milimeter, yang tidak layak secara teknis disebut pembangkit listrik.

''Berdasarkan telaah teknis dan akademis itu diputuskan penelitian bahan bakar air banyugeni' tidak layak diteruskan,'' kata Kepala Biro Humas UMY, Ahmad Ma'ruf.

Kamis pagi (19/6), sekitar pukul 10.30 WIB, bertempat di Dusun Turi, Desa Ngadibyo, Kec Rejoso, Kab Nganjuk, Jawa Timur, Joko memasukkan air ke dalam tabung melalui selang plastik. Air itu, kata dia, akan menggerakkan sebuah generator yang berada di kediamannya. ''Lihat, ini air beneran,'' katanya kepada pengunjung.

Agar benar-benar mampu meyakinkan, dia mengajak warga yang bejubel di rumahnya untuk langsung menyentuh dan mencium air yang sebentar lagi akan berubah menjadi bahan bakar itu. Sebelum generator hidup, ia masuk ke dalam rumahnya entah apa maksudnya. Tak lama kemudian, Joko keluar mengenakan pakaian hitam dan topi hitam yang bertulis 'Jodhipati'.

Selanjutnya Joko, wartawan, dan warga sekitar mengalihkan pandangan kepada dua buah benda persegi di hadapan mereka. Generator berbahan bakar solar kemudian dihidupkan. Tujuannya, menurut keterangan Joko, untuk memancing generator berbahan bakar air, yang ditempatkan berjarak lima meter. Sekitar 15 menit, generator yang diklaim bertenaga air itu hidup. Energi listrik pun mengaliri lampu di Padepokan Jodhipati.

Berhasil menghidupkan, Joko pun berteriak histeris kepada Toriq, yang merupakan utusan UMY. ''Ayo Pak Toriq, jelaskan ini. Karena selama ini Anda menganggap saya berbohong,'' kata Joko dengan nada emosional.

Juru bicara Joko, Catur Suryadi, mengatakan uji coba itu dilakukan lebih awal, tanpa menunggu undangan. Dari semula dijadwalkan pukul 14.00, menjadi pukul 10.30. Rabu (18/6), Catur mengatakan pihaknya mengundang Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Masyarakat Teknologi Terbarukan Indonesia (MTTI), Komnas HAM, dan lain-lain. ''Salah satu yang kami undang besok (kemarin--Red) adalah Pak Menristek,'' kata Catur. Tapi, kemarin, yang datang hanya wartawan, warga, dan Dandim Nganjuk.

Selain menyulap air menjadi bahan bakar pengganti energi fosil, Joko juga mendemonstrasikan alat pembangkit listrik Jodhipati di depan rumahnya. Kotak kecil berwarna merah itu dapat menghidupkan lampu dan mesin bor, hanya dengan sebuah alat pemantik berupa enam buah baterai kecil yang dibungkus gulungan koran.

''Alat ini bisa memiliki kekuatan hingga 10 ribu watt dengan voltage 220. Anda bisa saksikan semua, tidak ada kabel yang menghubungkan ke listrik dalam alat ini,'' kata Joko di depan ratusan warga. Joko mengatakan alat itulah yang ditawarkannya kepada UMY.

Setelah menyala, lagi-lagi Joko berteriak kepada Toriq. ''Pak Toriq bisa membuktikan sendiri berapa besar kekuatan listrik di dalam ini. Kalau mau nyoba, silakan sentuh alat ini ada setrumnya atau tidak.''

Toriq mengakui selama ini diminta Tim Banyugeni UMY untuk menyelidiki hasil temuan Joko. Dia menyampaikan dua tuntutan kepada Joko. Pertama, temuan Joko harus bisa dibuka kepada masyarakat umum dan Tim Banyugeni. Kedua, Joko juga harus bisa mempertontonkan temuannya di depan wartawan.

Toriq mengakui Joko telah memenuhi permintaan itu. Namun, dia menilai kebenarannya tetap perlu diteliti oleh lembaga yang berkompeten seperti LIPI dan Batan.

Belum ada jawaban kesediaan dari Joko. Kemarin, kepada wartawan, dia hanya meminta supaya bahan bakar temuannya tidak dikait-kaitkan dengan blue energy. Seperti mencabut klaim selama ini bahwa dia bisa mengubah air menjadi bahan bakar, kemarin dia mengaku hanya mensinergikan air dengan bahan bakar.

''Di generator, komposisi bahan bakarnya terdiri atas 70 persen air dan 30 persen solar. Bahkan, saya mampu menjadikan 90 persen air dan 10 persen solar. Inilah yang saya sebut sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan,'' papar Joko yang meminta bantuan Komnas HAM untuk melindunginya setelah dilaporkan oleh pihak UMY ke polisi.

Rabu (18/6), Joko juga melakukan demonstrasi, tapi secara terbatas. Hanya mengundang Dandim Nganjuk, Letkol Chrisetyono, dan Dosen Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Darat (STTAD) Malang, Kapten Budi Santoso, wartawan, dan puluhan warga. Pembangkitnya sempat menghidupkan mesin las di bengkelnya dan lampu penerangan jalan di depan bengkel.

Budi Santoso menilai temuan Joko masuk akal, bisa dinalar, dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmu matematika maupun ilmu fisika. Bukan takhayul. ''Teknologi yang dikembangkan Pak Joko ini berbasis massa dan cahaya. Bisa dibuktikan dengan rumus-rumus matematika,'' kata peraih gelar S1 dan S2 di bidang konversi energi itu.

Ilmiah atau takhayul, Joko kini harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya secara hukum. Kuasa hukum UMY, Mochtar Zuhdi, mengatakan pihaknya telah melaporkan Joko ke Sentra Pelayanan Masyarakat Polda DIY yang diteruskan ke Direktorat Reskrim Polda DIY. ''Upaya hukum ini dilakukan karena UMY sebagai lembaga pendidikan telah dirugikan secara moril maupun materiil,'' kata Zuhdi, kemarin.

Sampai kemarin, Mochtar Zuhdi mengatakan yang dilaporkan baru Joko. Karena dialah yang menandatangani kerja sama proyek tersebut bersama Rektor UMY, Khoirudin Bashori. Joko, jelasnya, juga telah menandatangani pernyataan kesediaan mengembalikan biaya yang dikeluarkan UMY untuk mendanai proyek yang diduga penipuan itu.

Rektor UMY, Khoirudin Bashori, telah mengundurkan diri. Kepada wartawan yang menemuinya kemarin, Khoirudin mengatakan pengunduran diri itu atas inisiatif sendiri. Tak ada paksaan dari siapa pun. ''Surat pengajuan pengunduran diri tertanggal 17 Juni 2008 langsung saya sampaikan ke PP Muhammadiyah,'' katanya di Yogyakarta, kemarin.

Khoirudin membantah pengunduran dirinya yang tiba-tiba itu ada kaitannya dengan proyek banyugeni yang secara harfiah berarti air api itu. Sambil tersenyum dia berdalih pengunduran dirinya dilakukan karena telah dua kali menjabat rektor. Masa jabatan reguler Khoirudin baru akan berakhir 2010.

1 comment:

Anonymous said...

Toriq itu siapa?? Utusan UMyY dari Hongkong?

Toriq itu cuma alumni yang hobi mancing di air keruh. Nggak dapat pengakuan ya di UMy, makanya ngaku ngaku..

Toriq = wong gendeng