Tuesday, December 18, 2007

Mendengkur Bisa Berakibat Fatal

Mendengkur Bisa Berakibat Fatal

Hipertensi, serangan jantung, stroke, bahkan kematian mendadak merupakan ancaman serius bagi mereka yang mendengkur.

Sebutlah namanya Rahman. Selain tubuhnya yang subur alias gemuk, ayah tiga anak ini punya kekhasan lain, yakni suara dengkurnya yang keras saat tidur. Beruntung sang istri tak pernah protes atas dengkuran itu.

Walau begitu, Rahman mengaku malu, terutama jika suatu kali menginap di rumah teman atau saudara. Juga saat naik pesawat. Maklum, pria yang berdomisili di Kalimantan Timur ini kerap melakukan perjalanan dinas ke Jakarta. ''Nah, di pesawat biasanya saya tahan-tahan biar nggak tidur. Malu kan, kalau dengkuran saya terdengar oleh orang satu pesawat,'' kata pria berusia 45 tahun ini.

Berangkat dari rasa malu ini, Rahman berniat melakukan terapi untuk menghilangkan suara dengkurnya yang 'dahsyat' itu. Di dunia ini, masih banyak 'Rahman Rahman' lain, yang juga merasa malu dan tidak enak lantaran mendengkur saat tidur. Walaupun pada saat yang sama, ada juga pendengkur yang tak peduli. Mereka masa bodoh saja, meski suara dengkurnya mengganggu ketenangan tidur orang lain, bahkan bisa merenggut nyawa.

Merenggut nyawa? Begitulah. Mendengkur ternyata bukan masalah sederhana. Mendengkur atau ngorok merupakan gejala terdapatnya gangguan pada saluran napas yang berisiko membahayakan jiwa. ''Makanya, mendengkur juga dapat dikatakan sebagai sillent killer,'' kata spesialis penyakit telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr Damayanti Soetjipto SpTHT-KL(K).

Berbicara dalam forum diskusi dengan media massa di Departemen THT RSCM belum lama ini, Damayanti menjelaskan, dengkur merupakan suara getaran yang muncul saat tidur terutama ketika bernapas dan disebabkan oleh getaran langit-langit lunak dan pilar yang membatasi rongga bagian tengah faring. Dengkur menunjukkan adanya obstruksi (sumbatan) pada sebagian saluran napas atas yang merupakan gejala penyakit obstructive sleep apnea (OSA) atau berhentinya napas saat tidur.

OSA merupakan berhentinya aliran udara pernapasan selama 10 detik atau lebih pada saat tidur yang disebabkan oleh sumbatan jalan napas. Studi menunjukkan, mendengkur dan OSA bisa menimbulkan aneka komplikasi yang sangat serius, antara lain: hipertensi, jantung koroner, stroke, bahkan kematian mendadak. Karena itu, jangan sekali pun menganggap remeh gangguan mendengkur.

Penyebab
Memang, tak semua orang mendengkur saat tidur. Dalam hal ini, ada orang-orang tertentu yang berisiko mengalami hal itu. Seperti dikatakan Dr Umar S Dharmabakti SpTHT-KL(K), ketua Departemen THT FKUI/RSCM, mendengkur dan OSA umumnya terjadi pada orang dewasa. Kaum laki-laki dan lanjut usia mengalaminya dalam jumlah lebih banyak dibanding wanita. Begitu pun mereka yang mengalami obesitas (kegemukan), berisiko mengalami gangguan ini.

Bagaimana dengan anak-anak? Mereka bisa mengalaminya juga. ''Namun, faktor penyebabnya berbeda dengan orang dewasa, lebih khas, umumnya karena pembesaran amandel,'' jelas Umar, yang juga tampil sebagai pembicara dalam forum tersebut.

Berbeda dengan anak-anak, penyebab mendengkur dan OSA pada orang dewasa bisa bersifat multifaktor. Artinya, lokasi tersumbatnya saluran napas terjadi lebih dari satu titik. Untuk mengetahui penyebab dan lokasi sumbatan saluran napas itu, perlu dilakukan beberapa pemeriksaan seperti endoskopi hidung, endoskopi tenggorok, dan memeriksa kondisi lidah.

Dari pemeriksaan ini akan diketahui penyebab sumbatan pada saluran napas. Bisa karena inflamasi mukosa atau kelainan struktural hidung. Bisa pula akibat adanya amandel (adenoid), dan tumor. Penyebab dan lokasi sumbatan sangat penting diketahui karena terkait dengan derajat berat atau ringannya OSA. ''Dengan begitu, akan bisa ditentukan jenis terapi yang tepat untuk pasien, apakah dilakukan dengan teknik bedah atau nonbedah,'' kata Umar.

Gejala
Patut pula dicatat, OSA memiliki sejumlah gejala. Mengenali gejala-gejala ini bisa membantu penderita untuk mencari pertolongan sedini mungkin. Dalam makalahnya, Prof Dr Bambang Hermani SpTHT-KL menyatakan, OSA dapat dikenali dari gejala-gejala yang muncul pada siang maupun malam hari. Pada siang hari, penderita biasanya bangun dengan perasaan tidak segar, sakit kepala pagi hari, sakit atau nyeri tenggorokan pada saat bangun tidur, mengantuk berlebihan pada siang hari, kelelahan berkepangan, perubahan kepribadian, mengalami gangguan konsentrasi dan memori.

Sementara pada malam hari, sejumlah gejala yang biasanya muncul adalah: mendengkur dengan bunyi keras dan mengganggu, napas berhenti di sela-sela mendengkur dan diakhiri dengan mendengus, rasa sesak dan tercekik yang membuat penderita terbangun. ''Pasien juga tidur tidak nyenyak karena sering terbangun dan berubah posisi,'' kata ketua Pengurus Pusat PERHATI-KL (Perhimpunan Dokter Spesialis THT-Bedah Kepala Leher Indonesia) ini. Anda, atau anggota keluarga Anda mengalami gejala-gejala di tersebut? Jika benar begitu, segeralah berkonsultasi dengan dokter agar segera mendapat penganganan yang tepat. hid
Media Indonesia Dongeng Panggung Kehidupan Jakarta

No comments: