Ombak Palabuhanratu Punya Daya Cengkeram
HAMPIR setiap hari, pemberitaan mengenai kegiatan wisata terkait Lebaran, selalu diwarnai dengan tenggelamnya para wisatawan yang tengah berenang di Pantai Palabuhanratu Kab. Sukabumi.
SEJUMLAH wisatawan berenang di zona berbahaya dekat bendera merah (tanda bahaya) yang menjorok ke tengah laut di pinggir Pantai Citepus Kebonkalapa, Palabuhanratu, Kab. Sukabumi, Rabu (17/10).*ADANG JUKARDI/"PR"
Bagi sejumlah orang, Pantai Palabuhanratu dipercaya menyimpan sejuta rahasia mistis. Berbagai keunikan yang terjadi akibat keganasan ombak laut selatan kian menarik tatkala dihubungkan dengan legenda Nyi Roro Kidul.
Nyatanya, Pantai Palabuhanratu memang menyimpan potensi kejadian alam yang luar biasa. Dalam satu kali terjangan ombak, sejumlah orang yang lengah saat berenang di tepian pantai bisa terbawa hanyut dan terhantar sampai ke laut lepas.
Pantai Palabuhanratu terletak kurang lebih 65 km dari Sukabumi atau sekitar 4 jam dari Kota Bandung. Berada di teluk, pantai tersebut terdiri atas perpaduan pantai curam dan pantai landai, serta sejumlah parit di dasar laut. Dari Pantai Palabuhanratu hingga Cibangban Cisolok, garis pantainya sepanjang 17 km.
Bila dilihat dari segi geografisnya, Pantai Palabuhanratu dan sekitarnya relatif jauh dari lempengan rawan gempa yang berada di pantai selatan Jawa. Seandainya gelombang tsunami mengintai, masyarakat di pesisir pantai bisa menyelamatkan diri ke dataran tinggi di daerah pegunungan seperti daerah Palabuhanratu, Cisolok, Cikakak, dan Simpenan, yang termasuk wilayah IV Kab. Sukabumi.
Karena pantainya merupakan perpaduan pantai curam dan landai, sedikitnya terdapat sepuluh titik rawan di sepanjang Teluk Palabuhanratu. Namun, yang paling rawan, daerah Pantai Ujunggenteng, Kec. Ciracap, Kab. Sukabumi, mengingat letaknya berhadapan langsung dengan laut lepas Samudra Hindia.
Menurut ahli oseanografi dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB Bandung Prof. Safwan Hadi, Ph.D., kerawanan Pantai Palabuhanratu disebabkan terbentuknya arus kuat di bawah air (rip current) dan undertow, serta kontur dan topografi dasar lautnya. ”Topografi dasar laut Palabuhanratu memungkinkan terjadinya arus kuat, di samping sudut lepas ombak yang tidak terlalu besar sehingga memengaruhi terjadinya arus tersebut,” katanya.
Umumnya, rip current memiliki lebar 15-30 meter dan akan menghilang pada jarak 100-150 meter dari bibir pantai dan terjadi pada ketinggian di bawah 1 m dari dasar laut. Sedangkan undertow merupakan ombak besar yang merayap jauh ke darat dan mengalir kembali ke laut dengan daya yang besar pula.
Pada kondisi dasar pantai yang curam, undertow dapat menjatuhkan orang yang sedang bermain atau berenang di pantai, menyeretnya ke tengah, dan digulung kembali oleh ombak berikutnya. ”Kemudian, ombak yang diseret oleh arus kuat itu akan menghantarkan orang yang tergulung ombak ke laut lepas dan akan sulit untuk dicari,” ujarnya.
Jikapun orang tersebut memiliki kemampuan berenang yang kuat, setidaknya harus melakukan teknik berenang memotong arus agar terhindar dari serangan ombak berikutnya.
Di sepanjang bibir Pantai Palabuhanratu memang terdapat karang-karang yang bisa difungsikan sebagai pemecah gelombang. Namun, gelombang itu kian terasa kuat sampai ke bibir pantai karena karang-karang tersebut jumlahnya sudah jauh berkurang.
Tambahan pengawas pantai (Life Guard) juga sangat diperlukan. Selain untuk mengawasi masyarakat pengunjung pantai, juga memberi edukasi tentang karakter pantai tersebut sehingga masyarakat bisa memilih lokasi yang aman untuk berenang di pantai,” ucapnya.
Minim anggaran
Kendala yang harus dihadapi para pengunjung Pantai Palabuhanratu, ternyata tak hanya menyangkut karakteristik pantainya, tetapi juga menyangkut minimnya anggaran bagi tim pengamanan pantai serta tak adanya jaminan asuransi bagi para pengunjung.
Ketua Balawista Kab. Sukabumi, Asep Edom Saefulloh, mengakui, anggaran untuk operasional tim keamanan yang melibatkan Balawista, TNI AL, Polair, dan SAR, termasuk untuk upaya pencarian korban tenggelam, sangat minim.
Misalnya, untuk membeli bahan bakar speedboat, kendaraan patroli, pembelian sarana dan alat penyelamatan, serta untuk biaya makan dan konsumsi para petugas di lapangan.
Asep juga mengusulkan agar penyisihan hasil pemungutan uang pembayaran tiket masuk ke lokasi wisata Palabuhanratu dikerjasamakan dengan pihak asuransi. "Cara ini sudah lama diterapkan di Pangandaran, Anyer, dan Bali," ujar Asep. (Adang Djukardi/Ririn N.F./”PR”) ***
Media Indonesia Dongeng Panggung Kehidupan Jakarta
Wednesday, October 17, 2007
Ombak Palabuhanratu Punya Daya Cengkeram
Posted by Cheria Holiday at 1:48 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment