Jakarta, myRMnews. Pertumbuhan ekonomi yang dipatok dilevel 6,8 persen tahun depan sulit diwujudkan oleh pemerintah. Hal ini karena dunia usaha menilai bahwa pemerintah belum sepenuhnya melakukan langkah konkret untuk menghilangkan hambatan-hambatan bisnis yang ada.
Bos Grup Maspion Alim Markus mengemukakan bahwa persoalan utama dari dunia usaha adalah mahalnya biaya listrik. “Masalah daya saing sebenarnya Indonesia tidak kalah dengan China. Yang masih menjadi beban kita adalah mahalnya biaya listrik,” ujarnya di Jakarta Kamis (6/9).
Menurut Alim, biaya listrik di Indonesia termahal di dunia. “Mulai tarif multiguna, tarif premium itu semua tidak benar. Ini karena 30 persen pembangkit masih menggunakan BBM,” katanya.
Dia menambahkan bahwa untuk industri padat modal yang dimilikinya, biaya listrik mencapai 15-20 persen biaya produksi. “Akibatnya pengusaha juga yang harus menanggung beban tersebut,” ungkapnya.
Sementara Ketua Umum HIPMI Sandiaga S. Uno juga mengeluhkan kondisi infrastruktur di Indonesia yang jauh tertinggal dengan negara-negara tetangga lainnya. “Malaysia dulu itu belajar membangun jalan tol di Indonesia. Sekarang panjang jalan tol di Malaysia sudah tiga kali lipat jalan tol di Indonesia,” sebutnya.
Untuk masalah listrik, Sandi, panggilan akrabnya mengemukakan bahwa Indonesia merupakan negara di urutan ke-12 dari 14 negara yang disurvei oleh bank dunia menyangkut keandalan infrastruktur listrik.
“Di sektor telekomunikasi malah lebih parah peringkatnya ke-14 dari 14 negara yang ada,” ungkapnya.
Pemerintah kini tengah gencar membangun pembangkit berbahan bakar non BBM. Namun berbagai kendala masih melingkupi rencana pembangunan pembangkit yang rencananya berdaya 10 ribu MW tersebut.
Thursday, September 6, 2007
Listrik RI Termahal di Dunia, Kok Bisa?
Posted by Cheria Holiday at 2:52 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment