Sunday, August 12, 2007

24% Pelajar Bali Bersebadan saat SMP

Sekira 24 persen pelajar di Bali sudah melakukan hubungan seks (bersebadan) saat duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Meski survei LSM Kita Sayang Remaja (Kisara) PKBI Bali ini belum mewakili seluruh populasi, hasil tersebut dianggap fakta yang mencengangkan.

Koordinator peneliti dari LSM Kisara PKBI Bali dr Okanegara mengatakan, survei mengambil 1.412 responden di Denpasar, Badung, Tabanan, Klungkung, Gianyar, dan Bangli.

Responden yang diambil adalah lulusan SMP yang baru saja duduk di bangku kelas 1 SMA. Hasil perincinya, sebagian besar responden mengetahui adanya risiko bila melakukan hubungan seks pranikah.

Misalnya, soal kehamilan yang tidak dikehendaki dan penularan HIV/AIDS.Tetapi, pengetahuan itu tidak menjamin adanya perilaku seks yang sehat. Mereka lebih banyak memperoleh informasi seks dari tayangan media massa dan internet tanpa bisa mengonfirmasikannya ke guru atau orangtua.

Mereka lebih memilih teman sebaya untuk membicarakan soal itu. Okanegara melanjutkan, pengetahuan mengenai risiko seks di kalangan mereka masih sangat dangkal.

Soal HIV AIDS, misalnya, mereka mengetahui adanya kemungkinan penularan melalui hubungan seksual. Namun bagaimana penularan itu bisa terjadi dan cara pencegahannya, hanya separuh responden yang mengetahuinya.

Yang menarik, para remaja itu berharap memperoleh informasi yang benar mengenai seks dari guru (95%) dan dari orangtua (85 %). "Kenyataannya guru dan orangtua kita selalu gagap bila bicara masalah itu," ujar Okanegara, kemarin.

Dari fakta itu, dia melihat perlunya segera diterapkan kurikulum pendidikan seks di sekolah dan informasi seks yang cukup bagi orangtua. "Diperlukan pilot project untuk uji coba kalau belum memungkinkan secara keseluruhan," sebutnya.

Okanegara menyatakan, bila dilihat secara normatif, hasil survei itu memang bisa dibilang mengkhawatirkan. Sebab, hubungan seks dilakukan di luar pernikahan. Namun, secara biologis hal itu adalah suatu kewajaran.

"Orangtua kita zaman dulu juga sudah melakukan. Bedanya dulu mereka sudah menikah," jelasnya.

Yang lebih berbahaya, menurutnya, adalah akibat dari perilaku itu sebenarnya belum bisa dipertanggungjawabkan oleh para remaja. Survei yang dilakukan Kisara adalah dalam rangkaian Hari Remaja Internasional yang jatuh pada 12 Agustus.

Kisara juga melakukan aksi penyebaran pita hijau yang menandai kepedulian terhadap remaja. Pakar seksologi Prof Dr Wimpie Pangkahila mengatakan, selama ini remaja cenderung mendapat informasi yang salah mengenai pendidikan seks, baik dari media massa maupun sumber-sumber lain.

Akibatnya, jumlah kehamilan yang tidak dikehendaki dan biasanya berlanjut pada aborsi terus meningkat. "Karena itu, penerapan pendidikan seks di sekolah sudah tak bisa ditunda lagi," katanya belum lama ini.

No comments: